Pontianak – Secara stamina, sing ada lawan anggota DPR RI dapil 1 Kalbar, Alkadrie satu-satunya di Senayan-Jakarta, H Syarief Abdullah Alkadrie, SH, MH. Baru saja dari Kapuas Hulu, lalu mudik ke Pontianak, kemudian muncul di Mempawah, balik lagi ke Pontianak, kemudian ke Jakarta, lalu pulang lagi ke Kalbar pada 17 Oktober 2023 dengan seabrek agenda.
Begitu pesawat landing di Bandara Internasional Soepadio siang, pukul 14.00 Banggar satu ini sudah didapuk menjadi narasumber utama di Universitas Muhammadiyah Pontianak (UMP). Waktu diskusi massif berakhir menjelang maghrib. Seusai maghrib, pria yang akrab disapa Ami Dollah cum Ketua DPW NasDem Kalbar ini mengikuti acara Maulid bersama kyai kharismatis kelahiran tahun 1941 KH Syukron Makmun.
Saya mengenal KH Syukron Makmun dengan baik. Beliau adalah guru pidatonya Kyai Sejuta Umat, KH Zainuddin MZ (Alm). Bersuara keras. Lantang. Vibra khas Jatim-Madura. Lulusan Pondok Pesantren Gontor-Ponorogo angkatan pertama.
Saya suka ceramah KH Zainuddin MZ. Dan saya mencerna kesamaannya dengan KH Syukron Makmun yang didampingi Ami Dollah pada Selasa, 17 Oktober malam. Suaranya. Intonasinya. Konten ceramahnya. Daya kritiknya yang tajam namun dibarengi solusi cantik-ciamik.
Itu sebabnya kenapa KH Syukron Makmun “dibenci Orde Baru” khususnya Pak Harto tapi tak bernah masuk buih. KH Syukron Makmun aman keliling Indonesia sampai kini. Begitupula dengan KH Zainuddin MZ.
Jadi, formulanya kalau mau aman bicara lepas dan bebas adalah, boleh mengkritik dengan sepedas-pedasnya, sekeras-kerasnya, tapi selalu ada solusi yang ditawarkan. Tidak hantam kromo. Apalagi kritik keras dan pedas itu berlandaskan pada Kitabullah Alqur’an dan Assunah. Aman. Amin!
Saat 1988, saya mengikuti dakwah KH Syukron Makmun di Mesjid Raya Mujahidin Pontianak. Saya masih SMP kala itu. Dan saya saksikan seorang jamaah merudu kaca dinding mesjid lantaran berlari hendak menuju ke posisi KH Syukron Makmun yang sedang berceramah di atas mimbar.
Pria berkopiah hitam tinggi itu tak menyangka pintu. Rupanya kaca rayban yang malam hari selepas Isya tampak bening. Barakkkkk! Berderai. Heboh. Pasti. Ceramah KH Syukron Makmun pun tercekat.
Sejurus waktu kemudian terdengar teriakan lantang seperti aksi demontrasi massa mahasiswa,”Alllllllaaaaah. Allllllaaaaaah……” Banyak sekali dzikrullah bernada lafhul jalalah itu
“Gak apa-apa. Dia orang sadar,” tukas KH Syukron Makmun yang tahun 1988 umurnya muda, 47 tahun. Kini sepuh, 82 tahun.
Saya kagum dengan KH Syukron Makmun dengan melihat peristiwa di depan mata itu. Di usia muda, 47 tahun sangat matang dalam berdakwah. Tidak memvonis seseorang yang sedang extacious. Semacam melayang dalam imajinasi pikiran maupun perasaannya semata-mata tanpa memikirkan orang lain di sekitarnya, bahkan sampai melabrak kaca. Pecah pula! Namun ceramah tetap berjalan tertib dan lancar.
Bersyukur Ami Dollah bisa mendampingi KH Syukron Makmun bermaulid ria di Bumi khaTULIStiwa. Terlebih beruntung lagi, keesokan harinya, ketika kembali terbang ke Jakarta, dapat menerima kehadiran KH Kholil As’ad yang kharismatik asal Situbondo di NasDem Tower, Gondangdia.
Menurut pepatah, siapa yang berdekatan dengan pedagang minyak wangi, pasti akan keciuman bau harumnya. Begitupula jika dekat dengan pandai besi, pasti kebagian panasnya.
Ami Dollah dekat dengan para ulama kharismatik. Bukan hanya dua tiga hari ini. Tetapi sudah sejak masa kecil, remaja, dan masa perpolitikannya.
Wajar saja, pria yang pernah memimpin Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) besutan Gus Dur ini trah Rasulullah SAW bersalur-galur Alkadrie makbul segala cita-citanya. Sebab didoakan para ulama langitan.Doa dari kedua Kyai Karismatis tadi, “Semoga H Abdullah Alkadrie, SH, MH kembali duduk di DPR RI. Bahkan mendulang suara terbanyak dari seluruh kandidat DPR RI asal Kalbar di kontestasi 2024 yang sudah di depan mata.”“Amiin. Amiin. Amiin ya Robbal ‘alamiin.”